Archives

gravatar

Maaf ya mas, aku tak berhasil menemukan temanmu ...

"Cerita ini untuk menyambut datangnya hari-hari mudik yang penuh kerepotan dan kemacetan dijalur-jalur mudik".
Kejadiannya sebenarnya sudah cukup lama, sekitar tahun 2000-an dan terjadi pada saat aku dan sepupuku Burman kembali dari mudik menggunakan sepeda motor dari Kebumen, Jawa Tengah. Seperti tahun-tahun lalu aku selalu melalui jalan pintas selepas dari Bumiayu pada pertigaan arah Slawi-Tegal aku mengambil arah Brebes melalui Larangan yang akhirnya akan menuju pertigaan Tanjung di Brebes. Aku selalu menggunakan jalan tersebut karena jalan tersebut adalah jalan alternatif yang jarang digunakan oleh angkutan umum kecuali jalur pantura dalam keadaan macet. Jalan tersebut lumayan menantang dengan medan jalan yang berkelok kelok walaupun tidak berada di daerah pegunungan, itu dikarenakan jalan tersebut mengikuti tepian alur sungai irigasi yang berkelok-kelok, dan jalan itu tidak terlalu lebar.
Sewaktu mencapai pertengahan perjalanan jalur alternatif tersebut badan jalan mulai banyak yang rusak dan bergelombang, serta pada sebagian tempat jarak bahu jalan dengan tanah sangat tinggi, sehingga bisa membahayakan para pengendara motor atau mobil yang bersasis rendah. Pada saat itu kondisi jalan sedang lumayan ramai, aku berjalan beriringan dibelakang sebuah mobil sedan, pengemudi mobil sedan itu terlihat agak kurang sabar dengan berkali-kali mencoba menyalip kendaraan di depannya, sebuah mobil bak terbuka sarat muatan yang jalannya agak terseok-seok, tetapi karena jalur jalan arah berlawanan juga cukup ramai sehingga berkali-kali itu pula mobil sedan itu tidak dapat melalui mobil di depannya karena selalu terhalangi oleh kendaraan dari arah berlawanan. Suatu saat ketika kendaraan dari arah berlawanan sedang sepi mobil sedan itu mencoba mendahului mobil bak terbuka itu lagi, tetapi mungkin pengemudi mobil sedan itu tidak memperhatikan jarak roda dengan bahu jalan, sehingga roda sebelahnya turun dari badan jalan dan berjalan pada tanah di tepi jalan, karena tingginya bahu jalan dengan tanah di tepi jalan menyebabkan mobil sedan itu bagian sasisnya menyentuh aspal yang menyebabkan bunyi bergemuruh cukup kencang sehingga menyebabkan pengemudi mobil sedan itu terlihat cukup panik mengalami hal tersebut. Akan tetapi hal tersebut menyebabkan kendaraan itu menjadi oleng, karena pengemudinya dengan panik membanting stirnya demi menghindari benturan sasis mobilnya dengan aspal, dan itu menyebabkan mobil tersebut berjalan menuju arah tepian sungai irigasi, kembali pengemudi mobil tersebut mencoba membanting stirnya ke arah berlawanan, akan tetapi hal itu malah menyebabkan mobil tersebut kemudian nyelonong ke arah perumahan di tepi jalan. Karena pada sebagian tempat rumah-rumah di tepi jalan tersebut berada kira-kira 1 meter di bawah jalan maka mobil tersebut terlihat seperti melayang dan melewati beberapa orang yang sedang duduk-duduk di bawahnya, kemudian mobil itu berhenti dengan cara menubruk tembok rumah penduduk yang ada di tepi jalan tersebut dengan lumayan kencang.
Ramailah penduduk sekitar mendengar dan menyaksikan kejadian tersebut, yang menyebabkan jalan menjadi agak macet. Karena kondisi jalan agak macet aku berinisiatif untuk berhenti dan mencoba menolong penumpang mobil tersebut yang mulai di datangai oleh penduduk berwajah tegang dengan membawa kayu sebagai pentungan, penduduk setempat tampaknya hendak menyerang pengemudi tersebut karena telah dianggap ugal-ugalan, kemudian bersama beberapa orang penduduk aku mencoba menenangkan penduduk yang marah tersebut karena ternyata di dalam mobil tersebut terdapat anak bayi dan ibunya yang kondisinya walaupun selamat tetapi cukup mengenaskan.
Kira-kira setengah jam mencoba menolong dan menenangkan massa dengan memberi penjelasan, karena memang kendaraanku berada persis di belakang mobil tersebut, hingga aku tahu persis dari awal hingga akhir kejadiannya. Setelah datang pihak Polisi baru aku aku kembali ke motor yang ditunggui oleh sepupuku untuk melanjutkan perjalanan. Setelah mengecek keadaan semua dianggap baik, aku mulai menyalakan motor untuk memulai lagi perjalanan. Akan tetapi begitu motor menyala, seseorang lengkap dengan menggunakan helm dan jaket layaknya seorang pengendara motor mendekati dengan tergopoh-gopoh sambil menunjuk-nunjuk ke arah jalan, orang tersebut berkata kepadaku, “mas tolong saya!”, saya pikir, “ada apa lagi nih?”. “Mas, aku minta tolong carikan teman seperjalananku yang memboncengku”, karena aku tidak mengerti apa yang terjadi dia kembali berkata, “mas aku ketinggalan teman seperjalananku yang memboncengku, tadi sewaktu aku melihat kejadian mobil tersebut karena jalan agak macet aku turun dari motor untuk melihat kejadiannya. Aku pikir temanku tahu kalau aku turun dari motor, tetapi dia malah langsung saja tancap gas meninggalkanku tanpa tahu kalau aku turun dari motor”. Mendengar kejadian tersebut, aku dan sepupuku tertawa geli. Karena bagaimana mungkin orang yang sedari tadi membonceng seseorang di belakangnya bisa tidak sadar kalau orang yang diboncengnya menghilang. Setelah dijelaskan ciri-ciri motor yang memboncengnya aku berjanji untuk mencoba mengejar pembonceng motor yang telah dengan 'tidak bertanggung jawab' tersebut meninggalkan temannya kelimpungan di tengah jalan.
Akan tetapi, mungkin tulisan ini sekalian untuk minta maaf kepada si boncenger tersebut, karena pada saat itu aku tidak berhasil menemukan motor yang diciri-cirikan oleh orang tersebut. Dan hingga kini aku tidak tahu nasib orang tersebut, apakah meneruskan perjalanan dengan kendaraan lain atau menunggu-nunggu hingga waktu yang tidak tertentu. Sekali lagi maaf ya mas …….. saya tidak berhasil menemukan motor temanmu itu.

Posting pernah di muat di :
Koran Republika edisi Ahad, 28 September 2008 pada halaman Citizen Journalism
Baca selengkapnya Bagikan