Archives

gravatar

Mencontek Berjamaah

Mencontek/menjiplak/plagiasi adalah salah satu bentuk perbuatan curang seseorang untuk bisa berhasil tanpa melalui kerja keras. Kebalikan dari mencontek adalah jujur, berusaha semaksimal mungkin untuk meraih keberhasilan dengan kemampuan diri sendiri, otak sendiri, tangan sendiri.



Membaca berita-berita di harian ini tentang nasib Ny. Siami yang diusir warga Jl. Gadel sari karena mengutarakan kejujuran seperti menohok ulu hati saya dengan keras, meninju pipi kiri dan kanan saya, menendang kemaluan saya dan membanting saya dari lantai 18 dengan keras dan jari-jari saya jadi gatel mau menulis.

Bagaimana tidak sakit hati ini bila ada kejujuran yang seharusnya mendapat tempat tertinggi dan terhormat dalam rak-rak hati manusia itu justru kini sepertinya telah tercampakkan atau bahkan hilang dari nurani sebagian (besar) masyarakat kita.

Seperti diberitakan di media-media SDN Gadel II tempat sekolah anak Ny. Siami sebuah institusi tempat menempa anak-anak Indonesia yang nantinya akan menjadi pemimpin bangsa, penerus keberlangsungan negeri ini justru mencontohkan perbuatan yang bisa menghancurkan negeri ini sendiri dengan berbuat curang melakukan ‘mencontek berjamaah’, tetapi alih-alih mendukung Ny. Siami yang membeberkan kegiatan ‘mencontek berjamaah’ di sekolah tersebut warga Jl. Gadel sari justru mencemooh tindakan Ny. Siami tersebut dan berita terakhir yang saya baca Ny. Siami kini mengungsi ke tempat lain akibat ‘diusir’ oleh warga sekitarnya yang justru mendukung kegiatan ‘mencontek berjamaah’.

Entah, apakah memang sudah demikian mendarah dagingnya kah budaya curang di tengah masyarakat kita ini sehingga dengan terang-terangan kita bisa melihat masyarakat tanpa malu mendukung perbuatan curang tersebut.

Sebenarnya bukan tentang perbuatan contek-menconteknya yang saya ingin kedepankan, tetapi sifatnya yang curang itulah yang ingin saya tekankan. Bahwa berbuat curang itu menurut saya adalah sama dengan korupsi, karena dengan berbuat curang sama saja dengan mengkorup hati kita, membuat jiwa tidak terasah, tidak kuat mental dan tidak tahan uji karena merasa apa-apa yang hendak kita miliki itu mudah di dapat, cukup dengan membayar si ‘anu’ atau sebesar ‘ini’ maka bereslah semua masalah.

Dan ternyata perbuatan curang di negeri ini sebenarnya bukanlah monopoli dari sekolah saja, cobalah tengok di tempat pembuatan SIM, pembuatan KTP, perpanjangan STNK atau tempat perekrutan tenaga kerja kita baik di pemerintah atau swasta, betapa perilaku curang oknum-oknumnya itu dengan kasat mata dan kadang tanpa tedeng aling-aling berbuat curang dengan meminta bayaran kepada calon tenaga kerja dan yang parahnya adalah si calon tenaga kerja dan keluarganya pun kadang merasa adalah hal yang wajar untuk membayar kepada oknum-oknum tersebut demi bisa bekerja pada institusi yang mereka inginkan.

Dan sebagai parameter unik dan gampang untuk diri kita sendiri bila kita ingin melihat apakah perilaku curang itu seakan sudah menjadi budaya dalam diri kita, cobalah sekali-kali kita membuat KTP atau memperpanjang SIM/STNK sendiri tanpa melalui jasa calo. Bila pada saat mengantri kita sudah bisa menahan diri untuk tidak membayar lebih dari harga yang seharusnya (kalau KTP seharusnya ‘GRATIS’) berarti budaya curang itu bukanlah budaya diri kita.

Tapi jujur sewaktu sekolah dulu saya bukannya gak pernah nyontek, dan salah satu yang paling parah dan paling saya ingat adalah ketika ujian kelulusan SD pengawas dan guru saya bekerja sama memberikan jawaban ujian kepada kami di kelas. *berarti kelulusan SD saya tidak sah donk .. :)*

Tetapi kini dimulai dari diri saya sendiri, ayo kita memulai untuk berhenti berbuat curang.


Gambar boleh nyontek di sekolah ini.
Baca selengkapnya Bagikan