gravatar

Mata Super

Ceritanya lagi nginep ditempatnya wa Samad, di desa Plempukan, Kebumen. Nah pas malem-malem kok pengen banget makan mie ayam. Dan yang jualan mie ayam waktu itu cuma ada di desa Angkruk. Soalnya waktu itu listrik kayaknya baru nyambung cuma sampe desa Angkruk doang.

Dengan digonceng mas Paryadi (Alm) pakai sepeda onthel tanpa lampu, gelap-gelap berangkatlah kami berdua menuju Angkruk. Menurut penglihatanku sepanjang perjalanan yang kelihatan cuma cahaya di langit doang, tapi mas Paryadi dengan santainya nge'goes' sepeda onthelnya tanpa salah arah atau salah jalan, bahkan kayaknya sampe lobang di jalannya pun bisa dihindarinya.

Dari desa Plempukan lewat desa Brecong terus desa Setrojenar belok ke arah prapatan Angkruk lancar-lancar saja dilewati, sampai di desa Angkruk sih enakan dikit, soalnya udah ada penerangan listrik. Kami beli mie ayamnya dibungkus buat makan di rumah aja. 

Pulangnya sewaktu melewati desa Setrojenar, entah dari arah mana tiba-tiba 'GEDUBRAK',
sepeda yang kutumpangi bertabrakan dengan sepeda lain. Cukup keras juga benturannya, aku yang tadinya duduk di boncengan sampai pindah posisi duduk di sadel depan, gak tau deh mas Paryadi itu kemana jatuhnya, 'lha wong gelap je'.


Dan dalam keadaan gelap gulita itu terjadi dialog.
"Hwaduh, maaf mas.."
"Lhadhalah, ngapunten.. "
"Sampeyan ora opo2 to mas?"
"Aku? ra opo-opo"

Tapi lamat-lamat aku dengar suara mendesis, seperti angin keluar.

"Psssssssss"

Sepertinya sih, kami semua gak ada masalah dengan kejadian tersebut. Karena setelah saling minta maaf kami lanjutkan perjalanan pulang ke rumah.

Dalam perjalanan pulang aku tanya mas Paryadi.
"Mas, sepedanya bannya gembos enggak?"
"Enggak tuh, lha kalo gembos meskinya berat kalo lagi digoes, emang kenapa"
"Oh, ya udah. Gak pa pa kok"

Berarti suara angin itu tadi adalah suara ban sepeda lawan tubrukan tadi. Dalam hati kubilang untung bukan ban sepeda ini yang gembos, bisa-bisa ndorong sampe rumah kalo iya.

Tapi ‘suwer’ deh, sebenarnya sampai sekarang juga aku masih bingung dengan manusia-manusia di sana, "gimana mungkin, malem-malem, gelap, bahkan buat ngeliat jari sendiri aja enggak bisa *lebay*, tapi mereka tahu arah jalan?". Atau jangan-jangan mereka itu pada punya 'sungut' buat nyari jalan kalo lagi gelap-gelap? .. :)

Artikel Terkait by Categories



Widget by Uda3's Blog
Bagikan