gravatar

Mendengar suara andong/dokar invisible saat sholat Isya di masjid ...

Seperti biasanya setelah selesai sholat maghrib jamaah tidak langsung pulang, tetapi setelah selesai wirid mereka akan diajarkan membaca Al Qur'an oleh almarhum embahku, karena jumlah jamaah yang ikut belajar cukup banyak sedangkan yang mengajarkan saat itu baru almarhum embahku saja seorang jadi kegiatan belajar membaca Al Qur'an itu bisa memakan waktu cukup lama. Dan setelah seluruh jamaah selesai belajar dari mbah saya, barulah dimulai sholat isya. 

Dan sewaktu jama'ah sholat isya sudah mencapai raka'at ketiga menjelang raka'at keempat, seluruh jama'ah mendengarkan suara andong yang sangat jelas suaranya. Bunyi derap kaki kuda yang menyentuh aspal, suara gemerincing bel kecil yang dipasang di punggung kuda, suara sais yang mengatur arah jalan kuda dan suara khas bel andong pun terdengar jelas. Dan andong tersebut berdasarkan suara yang didengarkan oleh jama'ah berbelok dari jalan raya masuk ke dalam pelataran masjid, karena masjid Assalam terletak sekitar dua meter dari tepi jalan raya deandels (begitu orang sekitar menyebut jalan di pesisir selatan Kebumen antara Cilacap - Yogyakarta).

Begitu mendengar suara andong berhenti sebagian jama'ah sholat setelah sholat Isya selesai, terutama anak-anak sangat antusias berlari berhamburan ke luar untuk menyaksikan siapa yang datang. Karena memang sudah menjadi kebiasaan jaman itu, bilamana ada andong datang sudah dipastikan itu adalah tamu dari jauh atau biasanya famili yang datang dari Jakarta atau kadang dari Malaysia, karena memang ada family dari keluarga embahku yang merantau hingga Malaysia kadang-kadang datang mengunjungi.

Tetapi begitu sampai di pelataran, betapa anak-anak dan beberapa orang dewasa yang ikut berhamburan tadi tercengang keheranan, karena di pelataran halaman masjid itu benar-benar sepi, gelap, tidak ada manusia sama sekali, bahkan pada pasir di halaman masjid itu tidak ada sedikitpun jejak bekas roda andong atau bekas jejak kaki kuda penarik andongnya. Begitu menyaksikan pemandangan demikian, jama'ah terutama anak-anak yang tadi ikut menyaksikan ramai-ramai membicarakan kejadian itu, dan sebagian lagi mendekati embah yang sejak selesai sholat tadi tidak berhenti berdzikir untuk mengadukan. Begitu diceritakan kejadian barusan embah berdehem saja dan kemudian hanya berbicara, "wiiiss... wiiiss.. wiiiss..." yang artinya, "sudaah.. sudaah.. sudaah.." tanpa menjelaskan sedikitpun kejadian tadi.

Masjid Assalam saat Hari Raya Idul Adha kalau tidak salah tahun 90'an

Kurang lebih begitulah ceritanya yang saya dengar dari kedua orang tua saya, dan yang menurut saya lucu sih, kejadian itu bisa berulang lagi. Terutama apabila menjelang atau sesudah Hari Raya Idul Fitri, karena memang saat-saat itulah biasanya famili dari jauh datang berkunjung atau istilah kerennya sekarang mudik... :D


Ini adalah lanjutan cerita tentang almarhum Embah Kakung H. Muh. Supyan.

Artikel Terkait by Categories



Widget by Uda3's Blog
Bagikan